Modern ini, profesi penerjemah hangat dibicarakan dalam maysrakat secara luas di tengah arus globalisasi yang menggerus banyak perubahan. Penerjemahan merupakan pengalihan gagasan, pikiran, dan juga pesan dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa). Jika pertanyaannnya adalah bagaimana teori penerjemah, maka kami akan menjawab bahwa jumlah teori terjemahan akan berbanding lurus dengan banyaknya penerjemah. Disadari atau tidak, setiap penerjemah memiliki pendekatannya sendiri, meskipun semuanya akan saling bersinggungan satu sama lain.
Pendekatan yang digunakan oleh seorang penerjemah akan memfokuskan mereka pada metode terjemahan yang akan diterapkan. Peter Newmark, Profesor di bidang penerjemahan di Inggis, menyebutkan bahwa beberapa metode penerjemahan dapat diklasifikasikan kembali menjadi dua, yaitu metode yang mengacu pada bahasa sumber atau metode yang mengacu pada bahasa sasaran. Metode yang berfokus pada bahasa sumber memberikan jawaban diantaranya, word-for-word translation, literal translation, faithful translation, dan semantic translation. Sementara, metode yang berfokus pada bahasa sasaran diantaranya adalah adaption, free translation, idiomatic translation, dan communicative translation.
Setiap metode memiliki fungsi atau porsinya sendiri. Sebagai penerjemah professional, penting untuk menyadari metode apa yang seharusnya digunakan. Namun, secara garis besar metode-metode tersebut mengarah pada dua pendekatan kunci utama dalam terjemahan, yakni pendekatan literal dan pendekatan kontekstual. Pendekatan literal akan baik digunakan untuk menerjemahkan bidang ilmu eksakta, seperti matematika, fisika, teknik, dan lainnya. Sementara, pendeketan kontekstual lebih unggul jika diterapkan untuk menerjemahkan karya sastra, seni, idiom, dan berbagai ilmu humaniora seperti sejarah dan antropologi. Teori dasar demikian harus dikuasai oleh penerjemah karena bagaimanapun sejatinya terjemahan bukan hanya mengalihkan satu bahasa ke bahasa lain, melainkan mengalihkan gagasan, pikiran, maupun pesan dalam bahasa sumber ke bahasa sasaran seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya. Itu mengapa penerjemah identik digambarkan sebagai ilmuwan sekaligus seniman.
Batas pembeda dalam dua pendekatan di atas tidak hanya terletak pada pilihan kata yang digunakan, tetapi juga berada pada struktur dan logika bahasa dari masing-masing teks (baik bahasa sumber maupun bahasa sasaran). Mudah bagi Anda untuk melihat perbedaan penerjemah dari setiap rasa hasil terjemahan mereka masing-masing. Sulit rasanya menerjemahkan teks edukasi seperti jurnal pendidikan tanpa memahami istilah-istilah khusus, pola bahasa, struktur teks, dan bagian-bagian pendukung lainnya. Dan juga akan sulit bagi Anda jika dihadapkan pada terjemahan idioms. Kedua kasus terjemahan tersebut memiliki kesulitannya masing-masing, yang tentunya tidak dapat kita selesaikan dengan pendekatan yang sama.
Selain itu, penting untuk menyadari bahwa setiap bahasa membawa budayanya masing-masing. Ada cerita, ada latar belakang, dan ada pemikiran di setiap sebuah karya, serta hal ini merupakan bagian yang terkadang dilewatkan oleh seorang penerjemah. Dalam satu waktu misalnya; terdapat kalimat terjemahan bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, “…it is like throwing salt to the ocean..”. Dengan mudah kita mengerti maksudnya adalah “bagaikan menggarami lautan”, meskipun wujudnya secara literal menggunakan bahasa Inggris. Namun, penggalan itu sebenarnya menerapkan logika Indonesia yang tidak sesuai untuk logika Inggris. Sulit bagi penutur Inggris menangkap makna dari penggalan tersebut dan dikhawatirkan mereka membawa arti yang berbeda. Yang ingin diterjemahkan adalah ungkapan seperti mengerjakan sesuatu yang mubazir, maka penutur Inggris akan lebih mudah memahami jika diterjemahkan secara kontekstual menjadi “…carry coals to Newcastle..” yang jika diartikan kata per kata adalah membawa batubara ke Newcastle (tempat pertambangan batubara). Dengan penerjemahan ini mereka tentu akan menangkap makna yang sama, membawa sesuatu ke tempat yang sudah berkelimpahan.
Maka, pendekatan yang sesuai akan menghasilkan terjemahan yang sesuai. Meski bukan hal yang mudah, penting untuk penerjemah terus mempelajarinya. Selain mempelajari bahasa kedua, seorang penerjemah juga penting untuk menambah kapasitas atau durasi membaca serta menulis di tiap pekannya. Diketahui, membaca dan menulis selain dapat menambah pebendaharaan kata, keduanya juga dapat menumbuhkan rasa dalam hasil terjemahan. Bagaimanapun, proses terjemahan bukan hanya sekadar memindahkan kata, lebih dari itu, terjemahan memindahkan konteks makna.
“Words travel worlds. Translator do the driving.” – Anna Rusconi.
Jika Anda sedang mencari jasa penerjemah professional, Brainy Translation hadir untuk membantu Anda. Bekerja dengan penerjemah professional, memberikan Anda pelayanan terbaiknya dengan hasil terjemahan yang juga berkualitas. Hubungi kami sekarang dan lihatlah yang terbaik yang dapat kami berikan!
Baca artikel menarik lainnya disini.
Salam baca Brainy!