Modern ini, masyarakat sudah merdeka dalam bermedia sosial. Dari Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, bahkan Tik Tok yang kini menjadi sorotan. Meskipun demikian, kebebasan yang dimiliki harus tetap berprinsip. Kita harus mengerti bahwa kita adalah pemilik akun, maka bagaimana pun kita harus bijak dalam bermedia sosial. Yang perlu diwaspadai, kini media sosial menjadi kendaraan paling ideal untuk menebarkan berbagai isu, terutama trending topic pada Twitter yang setiap hari menjadi topik yang hangat dibicarakan. Obrolan dalam Twitter, pada umumnya menggunakan bahasa santai dan informal. Lantas, bagaimana Twitter dapat membantu perkembangan bahasa di abad ke 21 ini?
Internet telah mengubah cara orang menulis. Meskipun tulisan formal masih sering digunakan, namun kebanyakan dari kita sekarang lebih menggemari cara penulisan kedua yakni informal yang disebut Computer-Mediated Communication (CMC) oleh para Linguis. Beberapa pengguna CMC secara kreatif memanipulasi sistem tertulis formal untuk membuatnya lebih mewakili siapa mereka dan cara mereka berbicara. Akibatnya, CMC regional bermunculan di seluruh dunia. Scots CMC hanyalah salah satunya.
Bahasa Skotlandia secara resmi diakui sebagai salah satu bahasa minoritas di Skotlandia. Itu ada dan berkembang selama berabad-abad dalam tulisan serta pidato. Dari penyair Robert Burns, Hugh MacDiarmid dan Sheena Blackhall hingga novelis Irvine Welsh, bahasa ini memiliki tradisi sastra yang kaya, bahkan memiliki kamus sendiri. Baru-baru ini, ia telah pindah ke dunia digital, menemukan dirinya secara tak terduga dan dengan antusias dipeluk hangat oleh para warganet.
Bahasa minoritas ini awalnya digunakan untuk kicauan pribadi dengan teman.
Dalam buku terbaru Gretchen McCulloch “Because Internet”, dia menuliskan bahwa di Twitter “setiap orang cenderung memiliki model mental tentang siapa yang mereka harapkan untuk membaca postingan mereka”.
Gretchen McCulloch
Hal ini menunjukkan, pembaca yang dituju pengguna mungkin hanya pengikut mereka sendiri, seringkali teman mereka. Meskipun demikian, bahasa ini akan menjadi lebih luas karena dapat dikonsumsi secara bebas oleh seluruh pengguna Twitter.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pun menggunakan fitur Twitter sebagai akses untuk mengembangkan bahasa dengan berbagai konten atau event yang rutin mereka lakukan. Bahkan, tahun 2019 kemarin Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa memperoleh predikat terbaik pengelola media sosial di lingkungan Kemendikbud, pencapaian yang perlu di apresiasi. Akun para pecinta Linguistik pun akan mudah Anda temukan di Twitter, salah satunya Ivan Lanin dengan berbagai konten tentang Linguistiknya yang sangat menarik.
Lantas, bagaimana konten dalam akun media sosial Anda? Sudahkah Anda berbagi informasi atau pengetahuan, atau mungkin masih tentang keluh kesah Anda tentang kehidupan? Ya, semua kembali ke hak Anda, merdeka dalam bermedia sosial.
“Gunakanlah media sosial sebijak mungkin dan gunakan semua kesempatan untuk belajar.”
Termasuk belajar bahasa melalui media sosial adalah pilihan yang menarik. Temukan artikel menarik lainnya disini ! Salam baca Brainy !