Apa itu bahasa? Seberapa besar bahasa mempengaruhi kehidupan sehari-hari? Apa keterlibatan bahasa dalam peradaban sejauh ini? Semua tentang bahasa akan selalu menjadi perdebatan panjang yang menarik.

Lantas, pernahkah Anda menghitung berapa banyak bahasa yang digunakan di seluruh dunia? Mungkinkah bahasa itu punah? Mengapa dan bagaimana itu terjadi dan apa dampaknya? Pertanyaan-pertanyaan demikian kerap kali muncul di tengah diskusi para ahli melihat peradaban bahasa saat ini.

Baca artikel khusus kami tentang ragam bahasa mewarnai Nusantara.

Tidak dapat dipungkiri, bahkan lebih dari 6.000 bahasa di dunia yang kini terancam punah. Dilansir dari beberapa data didapatkan bahwa rata-rata dalam dua minggu terdapat sebuah bahasa yang terancam punah. Perekonomian dan kemajuan media menggeser beberapa atau bahkan sebagian besar bahasa minoritas di tengah semakin kuatnya bahasa Internasional mempengaruhi peradaban. Ketika ekonomi dunia mulai terintegrasi, bahasa bersama (bahasa Internasional) menjadi lebih penting untuk menjadi jembatan utama media promosi perdagangan yang akhirnya menempatkan kebanyakan bahasa minoritas pada posisi yang kurang menguntungkan. Di samping itu, telekomunikasi juga berperan menekan bahasa untuk menjadi lebih standar agar dapat digunakan secara luas dan umum.

Melihat perkembangan waktu selama 500 tahun terakhir, saat negara-negara di dunia mulai berkembang dan menjadi lebih terpusat, dialek regional dan bahasa minoritas telah didominasi oleh dialek partai bahasa yang berkuasa di samping semakin menurunnya para penutur asli yang mempertahan bahasa ibu masing-masing.

Bahasa Ainu salah satu bahasa minoritas yang pernah berada di masa kritis eksistensinya. Pada tahun 2007, diketahui, hanya sekitar sepuluh orang penutur aktif bahasa tersebut. Tentu hal ini bukan tanpa alasan, suku Ainu merupakan salah satu suku asli Jepang yang telah lama diabaikan dan mengalami diskriminasi di tengah globalisasi. Hingga akhirnya, tahun 2008, Pemerintah Jepang mengakui suku Ainu sebagai masyarakat adat Jepang. Kebijakan pemerintah untuk hal ini membawa pengaruh yang cukup besar untuk keberadaan bahasa Ainu. Kini, diketahui pengguna aktif bahasa Ainu terus bertambah dari hari demi harinya dan bahkan telah didokumentasikan serta dijadikan alat ajar dalam pelajaran bahasa.

Selanjutnya yang juga terjadi di Switzerland, bahasa Romansch juga sempat mengahdapi kondisi sulitnya. Bahasa ini pernah ditinggalkan pemuda aslinya dan memilih untuk aktif di beberapa bahasa kota besar lainnya. Namun, tahun 1980, Romansch Grischum mendapat status sebagai salah stau bahasa resmi di Switzerland. Pengakuan ini berhasil membawa bahasa Romansch kian digunakan oleh masyarakat setempat secara luas. Kini, mudah bagi Anda untuk mendengarkan bahasa itu digunakan pada banyak media, baik radio maupun televisi.

Dapatkah Anda temukan lebih banyak? Meski kami dapat menyebutkan dengan jelas bahwa bahasa dapat dengan mudah menghadapi kepunahan, tapi sulit untuk kami menyebutkan semua secara adil.

Lantas apa yang akan terjadi jika ini semua dibiarkan? Bukankah perbedaan bahasa menjadi alasan utama hambatan komunikasi di dunia?

Satu yang perlu disadari bersama, punahnya satu bahasa berarti membawa serta semua peradaan yang terkait dengan bahasa tersebut. Menilik kasus dalam persoalan akses ilmu pengetahuan, bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan secara tertulis ataupun tidak tertulis. Semakin banyak hal yang kita baca, kita dengar, semakin besar yang kita dapatkan. Bahasa juga membawa serta berbagai budaya yang menyertainya. Beberapa keberagaman, obat-obatan, cerita kuno, penemuan, sejarah, tersampaikan dengan bahasa mereka di masa itu, dan semua akan terus hidup jika kita menggunakannya. Terlebih, keberagaman  bahasa perlu dijaga sebagai alat untuk memperkaya kosakata karena terkadang bahasa tidak mati, melainkan berkembang.

Mengingat hal itu, ini bukanlah pekerjaan yang mudah dan bukan tugas satu dua pihak, baik pemerintah, penggalak budaya, dan masyarakat secara gotong royong bertanggung jawab penuh akan hal ini. Bahasa bukan milik seorang, bahasa hadir tumbuh digunakan oleh oleh semua. Langkah yang dapat dilakukan pemerintah adalah mempertegas keberadaan bahasa minoritas agar mendapat pengakuan masyarakat secara luas. Dan sebagai pengguna bahasa, mempelajari bahasa asing bukan berarti melupakan bahasa ibu. Kita juga memiliki peran yang besar untuk menjaga kelestarian bahasa minoritas.

Dan lebih jauh, revitalisasi bahasa tak hanya membutuhkan biaya dan inisiatif. Langkah besar ini juga membutuhkan komitmen penuh untuk bersama menjada dan melestarikan keberagaman bahasa di dunia.

Baca artikel menarik lainnya disini.

Salam baca Brainy!

WhatsApp Order, Hub Kami 081359358604 (24 Hour)