081-359-358-604 [email protected]

Tahukah Anda bahwa lebih dari 7.000 bahasa digunakan di seluruh dunia? Namun sayangnya, sekitar 40% diantaranya termasuk dalam kelompok bahasa yang terancam punah.
Bahasa bisa saja mati atau punah karena sejumlah alasa. Beberapa mungkin dikarenakan kondisi geopolitik atau bencana alam. Misalnya, sebuah komunitas dapat meninggalkan praktik budaya dan bahasanya untuk bertahan hidup melawan penindas yang biasanya berlangsung selama bertahun-tahun.
Namun pada abad ke-21, alasan utama kematian bahasa adalah orang-orang yang dengan sengaja meninggalkan satu bahasa demi bahasa lain. Begitulah pendapat UNESCO mendefinisikan bahasa yang terancam punah, bahasa yang telah ditinggalkan oleh masyarakatnya untuk bahasa lain yang lebih universal.
Fenomena ini sangatlah disayangkan, mengingat setiap bahasa membawa kehidupan yang menggunakannya. Terdapat budaya, adat, ajaran, dan nilai yang terkandung pada setiap bahasa, oleh sebab itu penting untuk kita lestarikan bersama.
Sama halnya menjaga satwa liar yang terancam punah, melestarikan bahasa yang diambang kepunahannya juga sama pentingnya.

Jadi bahasa minoritas tanggung jawab siapa?

Bahasa lebih dari sekadar cara berkomunikasi; bahasa adalah bagian besar dari budaya.

Bahasa adalah media utama di mana budaya mempromosikan dan melestarikan warisannya. Bahasa-bahasa dunia telah digunakan selama berabad-abad sebagai cara untuk mewariskan beberapa cerita terbaik tentang leluhur dan sejarah budaya kaya lainnya.
Sementara menulis adalah perkembangan yang lebih baru, menulis memberi kami catatan yang jelas tentang budaya dan orang-orang di seluruh dunia.
Sebagian besar budaya masih mengandalkan bahasa lokal untuk mengkomunikasikan sejarah, cerita rakyat, lagu, dan puisi mereka. Bahasa yang terancam punah sama artinya budayanya juga di ambang kepunahan.

Lantas bagaimana cara kita agar dapat mendung dan menghidupkan kembali bahasa-bahasa di dunia yang terancam punah?

Jika mengambil cara instan, masing-masing pemerintah dapat memberlakukan tindakan tegas untuk melindungi banyak bahasa dari kepunahan. Namun ada langkah-langkah yang lebih inklusif dan bersama masyarakat dapat saling menjaga, mendukung, melestarikan, dan menghidupkan kembali bahasa-bahasa yang terancam punah. Sejarah mencatat, baru ada satu contoh bahasa yang benar-benar dihidupkan kembali dan ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Māori. Namun, sebagai pengguna bahasa ada banyak hal yang dapat kita lakukan bersama untuk menjaga agar bahasa-bahasa yang terancam punah tidak benar-benar mati.

Menciptakan dan Memelihara Sumber Daya Bahasa untuk Setiap Bahasa yang Terancam Punah

Sebuah bahasa lebih dari sekedar media komunikasi. Sebagai penutur asli bahasa apa pun, kami juga berpikir dengan cara tertentu karena kami berbicara dalam bahasa tertentu. Membuat sumber daya yang dicetak atau direkam dari suatu bahasa sangat penting untuk mempertahankan konteks dan sejarahnya.
Bahasa melibatkan aspek teknis seperti sintaksis, tanda baca, penekanan pada suku kata, dll. Semua aspek ini harus dikuratori dan direkam dengan cermat. Dan ahli bahasa dan antropolog harus bekerja bahu membahu untuk membuat catatan yang benar dari dokumentasi tersebut. Dokumentasi ini menciptakan catatan konkret dan memungkinkan penutur baru untuk mempelajari bahasa tersebut tanpa harus menguraikannya sendiri.

Menggunakan Layanan Penerjemahan untuk Melestarikan Bahasa yang Terancam Punah

Salah satu alasan utama mengapa penutur asli suatu bahasa menjauh dari penggunaan bahasa mereka adalah miskomunikasi. Seringkali, terutama jika bahasa tersebut diucapkan oleh sejumlah kecil orang, pendengar tidak dapat memahami apa yang mereka katakan.
Salah satu dari banyak kelemahan globalisasi adalah bahwa bahasa utama seperti Spanyol dan Inggris adalah mode komunikasi utama di hampir setiap negara dan industri.
Namun, layanan penerjemahan atau penerjemahan yang baik dapat membantu mengubah dinamika ini. Dengan layanan 24/7 melalui

berbagai media seperti telepon atau internet, layanan penerjemahan dapat meringankan kekhawatiran orang-orang yang berbicara bahasa asli. Orang-orang ini juga dapat menggunakan layanan bahasa penerjemah untuk membantu mereka dalam bahasa ibu mereka saat menghadiri acara penting atau perjalanan bisnis.

Menggunakan Media Sosial Untuk Mempromosikan Bahasa Asli

Tampaknya teknologi telah menghadirkan kemunduran besar bagi bahasa yang terancam punah dan mempromosikan penggunaan bahasa global. Meskipun itu tidak sepenuhnya salah, platform media sosial nyatanya juga dapat digunakan sebagai media untuk membantu pelestarian bahasa.

Media seperti YouTube dan Facebook menghadirkan peluang unik. Di sini, pengguna dapat membuat komunitas di mana mereka tidak hanya dapat mengajarkan bahasa mereka tetapi juga mempromosikan penggunaannya.
Media sosial juga memberikan kesempatan bagi penutur bahasa yang berbeda untuk terhubung satu sama lain, di mana pun mereka berada di seluruh dunia.
Media ini juga memungkinkan pembicara untuk membuat rekaman video, tekstual dan audio dari bahasa mereka. Yang kemduian, catatan ini dapat diakses di seluruh dunia.

Mengikuti Kelas Bahasa

Sebagai penutur bahasa yang terancam punah hal utama yang dapat dilakukan adalah berpartisipasi dalam mengajar dan mengikuti kelas bahasa untuk menjaga bahasa tetap hidup. Di beberapa daerah, orang tua bahkan mendaftarkan anak mereka ke kelas bahasa lokal agar tidak kalah dengan pemahaman bahasa asing mereka.
Bahkan menggunakan bahasa dalam pertemuan dan interaksi sosial dapat memberikan makna dan penekanan hal itu penting dilakukan dengan sering.
Atau Anda juga bisa berpartisipasi dalam program pertukaran bahasa di mana orang-orang berkumpul untuk belajar bahasa satu sama lain.
Sangat penting untuk memahami bahwa bahasa mewakili budaya. Ini menegaskan kembali kebutuhan untuk melindungi bahasa yang terancam punah. Tanpa bahasa, suatu budaya dapat mati dengan cepat dan hilang ditelan masa. Kenali bahasa, kenali dunia.
Baca artikel menarik lainnya disini.
Salam baca, Brainy!

WhatsApp Order, Hub Kami 081359358604 (24 Hour)