Di antara 7.000 bahasa yang digunakan di dunia, tentu satu diantaranya memiliki persamaan. Baik dalam hal penulisan, tata bahasa, pelafalan, maupun beberapa kata yang diadopsi dan digunakan secara bersama-sama. Berbicara terkait persamaan dalam dua bahasa, bahasa Jepang dan bahasa Mandarin sering kali menjadi topik utama. Mari kita lihat apakah ada persamaan antara bahasa Jepang dan bahasa Mandarin ini? Dan bagaimana kita dapat mempelajarinya?
Bagi seorang poliglot yang mempelajari dan tertarik pada banyak bahasa, tentu saja bahasan ini dapat membantu mereka untuk mencari bahasa baru yang dekat dengan bahasa lain yang mereka kuasai.
Jika diperhatikan, bahasa Jepang memiliki karakterisrik yang sama dengan beberapa bahasa lainnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh sejarah, impor, bahkan mungkin secara kebetulan adalah hasil dari ketidaksadaran secara kolektif. Anda akan melihat satu dua hal kemiripan bahasa Jepang dengan bahasa Mandarin, bahasa Jepang dengan bahasa Portugis, dan lain sebagainya. Namun, kali ini kita akan fokus dengan bahasa Jepang vs bahasa Mandarin.
Jika dibandingkan dengan bahasa Mandarin, akar dari bahasa Jepang masih menjadi topik perdebatan sengit di antara para pelajar. Pandangan pertama menilai bahwa bahasa Jepang bagaimanapun berasal dari bahasa Mandarin, lagipula tidakkah keduanya memiliki sistem penulisan yang sama? Jika di telaah lebih jauh, tidak terlalu demikian.
Satu-satunya kesamaan utama antara bahasa Jepang dengan bahasa Mandarin adalah sistem penulisan umum, yang diadopsi Jepang pada abad ke-3. Sebelumnya, bahasa Jepang tidak memiliki bentuk tertulis. Awalnya dengan mengadopsi Kanji (karakter Cina atau disebut Hanzi dalam bahasa asal mereka) disertai dengan adopsi beberapa kata serapan Mandarin. Dan perlu juga disebutkan bahwa pengaruh budaya Tiongkok membentuk budaya Jepang sendiri.
“Orang Jepang secara sadar dan sengaja meminjam — dalam hal ini dari Tiongkok. Kemudian mereka menciptakan sintesis budaya sendiri yang khas dengan Jepang.”
Robert Oxman dari Universitas Columbia
Sistem Penulisan
Sebagian besar karakter bahasa Cina mengandung komponen semantik (juga dikenal sebagai radikal), dan komponen fonetik. Radikal menunjukkan makna karakter, sedangkan komponen fonetik menunjukkan pengucapan tertentu.
Orang Jepang mengadopsi sistem penulisan dari bahasa Cina. Tetapi perbedaan tata bahasa dan kosa kata yang terkait antara bahasa Cina dan Jepang begitu dalam sehingga mereka memaksa orang Jepang untuk mengadopsi dan menangani karakter tidak hanya pada artinya melainkan juga untuk fonetik.
Hiragana dan Katakana, dua dari sistem penulisan berbasis bahasa Mandarin yang digunakan orang Jepang, adalah produk yang sangat jelas tentang kebutuhan untuk menyesuaikan bahasa Mandarin dengan bahasa Jepang. Setelah mempelajarinya, kita dapat melihat bagaimana fonetik adalah sarana untuk mengadaptasi sistem penulisan Mandarin. Hiragana dan Katakana bukanlah sistem penulisan seperti yang kita pikirkan di Barat dengan menggunakan alfabet, tetapi Hiragakan dan Katakana terbentuk dari suku kata.
Pada tahun 1950-an dan seterusnya, Pemerintah China berupaya menyederhanakan dan menstandarkan bentuk tertulis bahasa tersebut. Produknya adalah apa yang sekarang kita kenal sebagai Cina Sederhana. Mereka menggunakan karakter Cina untuk tujuan resmi di Hong Kong, Makau, dan Taiwan. Komunitas diaspora Tionghoa cenderung lebih menyukai sistem penulisan ini juga.
Sementara, Jepang memiliki proses penyederhanaan sendiri, yang mencapai puncaknya pada tahun 1946, dengan diumumkannya Tōy kanji, daftar karakter yang disederhanakan.
Tata bahasa
Bahasa Mandarin dan Jepang memiliki struktur kalimat yang berbeda. Sementara bahasa Jepang adalah bahasa SOV (subjek, objek, kata kerja), bahasa Mandarin adalah bahasa SVO (subjek-kata kerja-objek).
Tata bahasa Jepang sedikit lebih kompleks daripada bahasa Mandarin. Misalnya, dalam bahasa Jepang, mereka sering menggabungkan kata kerja dan kata sifat. Disisi lain, bahasa Mandarin tidak memiliki konjugasi, sementara bahasa Jepang memilikinya.
Pelafalan
Dalam bahasa nada, arti kata-kata Anda berubah tergantung pada “aksen nada” Anda. Artinya, bergantung pada suku kata mana yang Anda tekankan. Nada adalah salah satu aspek bahasa Mandarin yang paling sulit dipelajari. Dan bahasa Mandarin memiliki empat nada.
Bahasa Jepang juga bahasa nada. Misalnya, hashi bisa berarti “sumpit” atau “jembatan” tergantung bagaimana Anda mengucapkannya. Tapi nada Jepang tidak sebanyak dialek Cina, dan mereka dapat dengan mudah dikenali dalam bentuk tertulis, melalui Kanji yang berbeda. Fokusnya, Kanji dan Hanzi diucapkan dengan cara yang sangat berbeda.
Semua teks bahasa Jepang dapat dibaca dengan dua cara: Onyomi, yang berasal dari pengucapan bahasa Mandarin, dan Kunyomi, bacaan asli bahasa Jepang asli. Bergantung pada karakter Kanji mana yang ada dalam sebuah teks, pelafalan yang tepat dapat berubah secara dramatis bahkan penduduk asli Jepang pun kesulitan membaca dalam hal ini.
Bahasa Jepang dan bahasa Mandarin memiliki kesulitannya masing-masing. Bagi Anda yang ingin mempelajari bahasa baru, kedua bahasa tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar untuk Anda. Mencari tahu dan mempelajari bahasa baru sama halnya dengan mengenal budaya baru. Ada banyak bahasa menarik yang dapat Anda pelajari!
Kenali bahasa, kenali dunia.
Baca artikel menarik lainnya disini.
Salam baca, Brainy!