Topik yang menarik untuk membahas apakah seorang bilingual lantas otomatis menjadi penerjemah.
Salah satu kesalahpahaman umum dalam praktik penerjemahan yakni menyamakan makna “terjemahan adalah bilingualisme” dan bahwa setiap individu bilingual secara otomatis menjadi penerjemah. Tetapi apakah itu benar-benar demikian? Bisakah setiap bilingual menjadi penerjemah? Sebelum menarik kesimpulan atas pertanyaan itu secara efektif, kita harus memiliki pemahaman tentang siapa bilingual itu dan apa yang sebenarnya dilakukan oleh seorang penerjemah. Hal ini juga sangat penting untuk memahami hubungan antara bilingualisme dan terjemahan. Pemahaman itu tentunya akan membantu pembaca mengetahui bahwa penerjemahan tidak identik dengan bilingualisme, meskipun yang satu dapat melengkapi yang lain.
Baca artikel menarik berikut : Apakah Penerjemah Harus Lulusan Sarjana Bahasa?
Istilah bilingual, bilingualisme, dan bilingualitas memiliki makna yang berbeda dan kerap kali ketiganya dikaitkan dengan ilmu penerjemahan. Tidak ada yang salah, karena seperti yang dikatakan sebelumnya, meski penerjemahan tidak identik dengan kedwibahasaan, yang satu dapat melengkapi yang lain.
Bilingual adalah orang yang dengan lancar berbicara dan menulis dalam dua bahasa. Dalam definisi ini, maka bilingual mengacu kepada orang yang mempunyai kemampuan dalam menguasai dua bahasa. Sementara, bilingualisme (kedwibahasaan) merupakan kebiasaan atau situasi dalam menggunakan dua bahasa secara bergantian. Dan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa itulah yang disebut dengan bilinguitas.
Di sisi lain, penerjemahan merupakan usaha dalam menciptakan kembali pesan dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan padanan yang sedekat mungkin dalam hal makna dan gaya. Untuk menjadi penerjemah yang baik modal pertama memang membutuhkan keterampilan bahasa, namun tidak semua bilingual mampu menjadi penerjemah yang baik. Seorang penerjemah (translator) harus mampu membaca, memahami, dan menguasai ide – ide orang lain, yang pada poin ini penerjemah membutuhkan keterampilan bahasa. Kemudian penerjemah bertugas menerjemahkan ide – ide tersebut secara akurat, komplet, dan berterima dalam BSu maupun BSa tanpa distorsi dalam bahasa lain. Dengan kata lain, bisa disimpulkan bahwa seorang penerjemah adalah pembaca yang pandai dalam bahasa sumber dan penulis yang pandai juga dalam bahasa sasaran. Meskipun seorang bilingual lebih dekat mengartikan sebuah kata dengan makna yang saling mendekati dari unsur kebudayaan, mereka memiliki pendekatan yang berbeda dengan penerjemahan kamus dalam menerjemahkan sebuah kata dan cenderung lebih bermakna dalam menerjemahkan. Kata-kata yang menunjukkan ide atau emosi etnis maupun politik biasanya memiliki arti yang berbeda dalam bahasa dan budaya yang berbeda. Meskipun kata-kata ini ada dalam budaya dan bahasa lain, arti yang dikaitkan dengannya berbeda dari budaya ke budaya. Itu mengapa penerjemah kerap kali kesulitan dalam menerjemahkan bahasa yang jauh berbeda dari segi budaya dan fakta itu menjelaskan mengapa bilingual berbeda dengan terjemahan kamus karena mereka sering mengaitkan atau menyesuaikan makna dengan yang lain (budaya misalnya) untuk beralih antar bahasa. Hal di atas dimungkinkan karena bilingual juga berarti bikultural.
Bahasa tidak saling memetakan secara langsung. Mereka memiliki urutan kata yang berbeda; mereka menggunakan idiom yang mungkin tidak ada di yang lain; ada referensi budaya dan sosial yang harus Anda kenali dan pahami; Anda harus melihat perbedaan register, misalnya antara dokumen bisnis dan kolom surat kabar. Dari sini kita menyadari bahwa banyak penutur asli bahasa Inggris bahkan kesulitan ketika diminta untuk membuat dokumen tertulis dengan bahasa mereka sendiri, dan bagaimana sulitnya jika diminta untuk melakukan hal yang sama dengan bahasa lain. Terlebih mengingat bahwa beberapa jenis terjemahan tidak untuk setiap penerjemah. Seorang penerjemah sastra akan kehilangan arah saat mencoba mengerjakan manual teknis, dan keduanya akan jatuh tak berdaya saat dihadapkan dengan dokumen hukum pun seterusnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa seorang penerjemah membutuhkan kemampuan bilingualisme untuk mendukung proses terjemahan agar menghasilkan terjemahan yang baik. Namun, tidak setiap bilingual akan menjadi penerjemah yang baik. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran. Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang dalam teks sumber –dalam tahapan ini kemampuan bilingualisme sangat berperan. Yang kemudian, kejelasan yang berarti terjemahan harus mudah dipahami oleh pembaca sasaran dan kewajaran yang mengacu pada gaya serta bentuk gramatikal yang harus wajar sesuai dengan kaidah dalam bahasa sasaran.
Sama halnya dengan keterampilan bahasa, keterampilan menerjemahkan juga dapat dipelajari. Terdapat teknik, metode, dan cara dalam terjemahan yang harus menjadi dasar yang kuat untuk menjadi seorang penerjemah disamping keterampilan bahasa. Disini, bersama Brainy Translation, kami dapat memberikan layanan terjemahan terbaik untuk setiap kebutuhan Anda. Para penerjemah kami merupakan penerjemah profesional yang dapat menyesuaikan kebutuhan dokumen Anda. Hubungi kami sekarang dan lihat seberapa banyak hal baik dari kami untuk Anda.
Dapatkan artikel menarik lainnya disini.
Salam baca Brainy!