Tahukah Anda tanggal 21 Februari lalu merupakan hari Bahasa Ibu Internasional?
Di tengah gencarnya pembelajaran bahasa asing di tengah masyarakat, kita sebagai penggiat bahasa dan sadar akan perkembangan bahasa dan budaya harus terus berusaha menjaga dan melestarikan bahasa ibu. Dilansir dari Wikipedia, bahasa ibu atau native language dalam bahasa Inggris adalah bahasa pertama yang dikuasai sang anak sejak lahir melalui interaksi dengan sesame anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga pun masyarakat di lingkungannya. Bahasa ibu dapat berupa bahasa daerah, bahasa Nasional, atau bahkan bahasa Internasional. Semua tergantung dari siapa, dimana, dan atas kepentingan apa bahasa tersebut diajarkan. Namun, sebagian besar bahasa ibu yang digunakan adalah bahasa nasional negara setempat atau bahasa Internasional seperti bahasa Inggris.
Penting bagi anak untuk menguasai bahasa ibu mereka masing-masing karena berguna untuk keberlanjutan Pendidikan sang anak. Dalam tumbuh kembang lebih lanjut, Anda dapat mulai mengenalkan pun bahkan mengajarkan keberagaman bahasa yang ada di dunia. Diperkiran terdapat 6.000 bahasa yang digunakan di seluruh dunia, namun terdapat sekitar 43 persen dari jumlah tersebut terancam punah. Terlebih hanya beberapa ratus bahasa yang diberikan ruang di tengah system Pendidikan dan domain public, serta kurang dari 100 bahasa yang digunakan di dunia digital. Fenomena ini cukup mengkhawatirkan atas bahasa dan budaya yang begitu beragam. Diantara bahasa asing yang menempati posisinya sebagai bahasa yang sangat dibutuhkan untuk memfasilitasi perdagangan Internasional dan ranah ekonomi, penggerak multibahasa dan multicultural hadir membawa bahasa ibu ke atas permukaan agar dapat disebarkan dan dilestarikan oleh banyak masyarakat.
“Semuanya dapat berubah, tetapi bukan bahasa yang kita bawa dalam diri kita, seperti dunia yang lebih eksklusif dan final daripada rahim ibu.”
– Italo Calvino 1923-1985
Sejarah Hari Bahasa Ibu Internasional
Cikal bakal lahirnya hari Bahasa Ibu Internasional bermula dari pertikaian di Bengal Timur yang sekarang menjadi Bangladesh, karena pemaksaan kebijakan pemerintah Bengal Barat (yang sekarang menjadi Pakistan) terhadap masyarakat untuk menjadikan bahasa Urdu sebagai bahasa ibu daerah setempat. Masyarakat melakukan protes besar saat itu bertujuan untuk mempertahankan bahasa Bengal yang digunakan cukup lama oleh masyarakat di wilayah Bengal Timur. Masyarakat merasa dirugikan akan kebijakan pemerintah tersebut. Hingga akhirnya gerakan bahasa yang berbuntut panjang itu mengakibatkan Bengal Timur memisahkan diri dan membentuk wilayahnya sendiri yang kini disebut dengan Bangladesh.
Meskipun pertikaian yang terjadi pada 21 Februari tahun 1952 tersebut menggugurkan beberapa nama besar, namun gerakan bahasa oleh masyarakat di tahun itu berhasil menjadikan bahasa Bengal sebagai satu bahasa resmi di Bangladesh pada tahun 1956.
Dari masa ke masa, tiba pada momentum munculnya inisiatif Hari Ibu Internasional yang diutarakan oleh salah seorang warga Bangladesh, Rafiqul Islam, yang mengusulkan ke PBB untuk menetapkan peringatan hari Bahasa Ibu Internasional guna menjaga dan melestarikan keberagaman bahasa dan budaya masyarakat di seluruh dunia. Rafiq menuliskan surat kepada Kofi Annan pada tanggal 9 Januari 1988 yang berisi tentang idenya tersebut. Setahun kemudian, 1999, UNESCO menetapkan tanggal 21 Februari dipilih sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional sebagai wujud peringatan tragedi pembunuhan beberapa nama besar pada Gerakan Bahasa tahun 1952 di Dhaka. Peilihan tanggal tersebut bukan untuk mengenang pertikaian dan pertumpahan darah yang terjadi pada masa itu, melainkan bertujuan sebagai wujud perayaan keberagaman bahasa dan budaya masyarakat yang ada di seluruh dunia.
Upaya Pelestarian Bahasa pada Momentum Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional
Setiap tahunnya, UNESCO membuat tema khusus untuk merayakan peringatan hari Bahasa Ibu Intenasional tersebut. Tahun 2021 sendiri, tema yang diusung oleh UNESCO adalah “Membina multibahasa untuk inklusi dalam pendidikan dan masyarakat”. Tujuan yang dimaksudkan dlaam tema tersebut untuk mengakui bahwa bahasa dan multibahasa dapat memajukan inklusi.
Beberapa instansi terkait di Indonesia di berbagai daerah juga menyelenggarakan peringatan khusus pada hari tersebut. Semua kegiatan yang dilakukan ditujukan agar masyarakat lebih mencintai dan mendukung pelestarian keberagaman bahasa dan budaya masyarakat di seluruh dunia. Salah satu kegiatan peringatan yang dilakukan di Indonesia adalah serangkaian acara yang digalakkan oleh komunitas dan lembaga pegiat bahasa Sunda berupa lomba membuat konten website bahasa Sunda, olimpiade bahasa Sunda untuk siswa tingkat SMP dan SMA, lomba film pendek yang diadaptasi dari cerpen berbahasa Sunda, lomba menulis cerpen bahasa Sunda antar guru bahasa Sunda, dan masih banyak lainnya.
Tidak hanya itu, sebagai individu yang baik guna turut mendorong gerakan pelestarian bahasa, kita juga dapat menjaga keberagaman bahasa dan budaya masyarakat dengan tetap menggunakan, mempelajari, juga mencintai bahasa ibu maisng-masing. Bahasa terus berkembang dan bahkan beberapa akan mati karena sudah tidak digunakan lagi. Oleh sebab itu, seberapa pentingnya bahasa asing, tanpa mengenal bahasa ibu semua tidak akan bisa berjalan slearas. Kini telah tersedia beragam sumber daya baik cetak maupun online yang dapat mendukung pembelajaran bahasa Anda. Yang perlu Anda lakukan hanyalah mulailah dari sekarang! Baca artikel menarik lainnya disini.
Salam baca Brainy!