Data menyebutkan bahwa kurang lebih 2500 bahasa di seluruh dunia teramcam punah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Organisasi PBB (UNESCO, yang bekerja melestarikan beberapa bahasa paling terancam, diantara 2500 bahasa tersebut dilansir akan punah pada tahun 2021 ini. 199 bahasa diantaranya hanya dituturkan oleh kurang dari 10 individu, 178 bahasa digunakan oleh 10 hingga 15 orang, dan selusin bahasa lainnya yang masih dituturkan oleh hanya satu orang. Tentu data ini cukup mengejutkan!

Diantara sekitar 6000 bahasa yang digunakan di seluruh dunia, kita dapat dengan mudah menyebutkan bahasa yang paling banyak digunakan, bahasa Mandarin, Inggris, atau yang lain, namun mungkin tak banyak yang mengetahui apa saja bahasa yang terancam punah. Hal itu karena bahasa-bahasa yang terancam punah ini hanya dituturkan oleh orang tua atau bahkan mereka yang tidak melampaui generasi muda saat ini. Menyadari ini, sebagai pengguna bahasa kita juga diharapkan turut berkontribusi untuk saling melestarikan keanekaragaman bahasa, yang membawa kebudayaannya masing-masing. Perlu kami katakan bahwa, hilangnya satu bahasa berarti kita kehilangan satu kebudayaan beserta ilmu dan sejumlah karakter masyarakat yang menggunakannya.

Suatu bahasa yang terancam punah adalah bahasa yang berisiko punah dan menjadi bahasa mati karena kehilangan penutur aslinya. Dan tentu bahasa minoritaslah yang akan banyak mengalami kondisi seperti ini. Lantas, bahasa minoritas tanggung jawab siapa? Baca selengkapnya di tautan ini.

Berikut 6 bahasa dunia yang terancam punah.

Bahasa Puelche

Kami memulai daftar ini dari bahasa yang disebut Puelche, atau yang juga dikenal dengan Gennaken (Guenaken), Tehuelche Utara, Gününa Yajich, Ranquelche, dan Pampa. Banyak nama untuk bahasa ini, namun sayangnya sudah punah.

Bahasa Puelche merupakan bahasa yang terisolasi sehingga tidak dapat ditemukan hubungan dengan bahasa lain. Karena itu, tidak ada kemungkinan pemulihan berdasarkan pengetahuan bahasa lain yang masih digunakan saat ini. Bahasa ini dituturkan oleh ‘Puelche’, orang-orang yang tinggal di wilayah Pampa di Argentina. Sebagian besar warga Pamoa sekarang beralih berbicara menggunakan bahasa Spanyol.

Bahasa Qawasqar

Bahasa Qawasqar adalah bahasa dengan daftar nama alternatif yang paling banyak, diantaranya: Alacaluf, Halakwulup, Kaweskar, Alakaluf, Kawaskar, Kawesqar, Qawashqar, Halakwalip, Hekaine, Kaueskar, Aksana atau Aksanás. Ada lebih banyak nama alternatif untuk bahasa ini dibanding dengan jumlah penuturnya. Pada tahun 2006, hanya 12 penutur asli Bahasa Qawasqaryang terdaftar secara resmi.

Bahasa Qawasqar digunakan oleh masyarakat yang tinggal di Patagonia Barat, di pulau Wellington, dekat pantai di selatan Chili. Karena penuturnya yang tersisa sedikit, sementara yang lain cenderung berbahasa Spanyol karena memudahkan mereka untuk berkomunikasi dengan wisatawan yang datang berkunjung. Bahasa Qawasqar tergolong sebagai bahasa yang hampir punah.

Bahasa Tanema

Tanema digunakan di sebuah desa bernama Emua, di pulau Vanikoro, di provinsi timur Kepulauan Solomon, Temotu. Pada tahun 2007 hanya ada empat penutur yang dilaporkan, tetapi pada tahun 2012 hanya ada satu penutur (yang kita kenal) sementara semua orang di wilayah tersebut yang sebelum penutur asli kini telah beralih menggunakan Pijjn atau Teanu.

Bahasa-bahasa itu ‘lebih populer’, meski juga faktanya terancam punah. Dalam kasus Teanu hanya 800 pembicara yang terdaftar. Untuk Pijin sebanyak 24.000 penutur (sebagai bahasa pertama) yang terdaftar. Bahasa Tanema dijelaskan berkaitan dengan rumpun bahasa Polinesia, seperti halnya Pijjn dan Teanu.

Bahasa Tinigua

Masih tersisa dua penutur asli bahasa Tinigua, yang semula dituturkan oleh penduduk asli Columbia, di lembah sungai Yari. Penutur bahasa Tinigua menurun drastis sejak abad kesembilan belas. Beberapa faktor memengaruhi kemunduran itu, misalnya pasar internasional yang sengit mulai tumbuh dan juga perdagangan, terlebih adanya bahan ‘Karet’ di zona tersebut.

Selanjutnya karena orang Tinigua dan aliansi serta konflik mereka dengan suku lain. Tinigua bersekutu dengan Witotos, tetapi aliansi ini menyebabkan perang suku melawan Muinane dan Carijona. Akibatnya, mereka harus meninggalkan sebagian besar wilayah mereka dan mundur ke Utara. Akhirnya, pada tahun 1949 mereka diserang oleh pemukim Eropa, yang menyebabkan kepunahan hampir seluruh populasi. Pada tahun 1994, dua bersaudara masih hidup dan dapat berbicara bahasa Tinigua. Tentu bahasa ini akan segera punah, kecuali jika kedua bersaudara ini berhasil meyakinkan generasi muda setempat untuk mulai belajar dan melestarikan bahasa Tinigua.

Bahasa Tolowa

Dituturkan oleh beberapa orang Indian Tolowa, yang saat ini tinggal di Smith River Rancheria, dekat Crescent City, California. Harus kami katakan bahasa Tolowa hampir punah. Tapi kabar baiknya, generasi muda masih tertarik dengan bahasa ini dan mau mempelajarinya.

Bahasa Tolowa adalah salah satu dari sedikit contoh bahasa yang perlahan-lahan “kembali dari jurang maut”. Hanya ada satu penutur yang menguasai bahasa tersebut sebagai bahasa ibunya, tetapi beberapa orang mulai mempelajari bahasa tersebut sebagai bahasa kedua dan mulai menguasainya. Maka dari itu, masih besar harapan untuk kita saling berkontribusi menjaga dan melestarikan keanekaragaman bahasa yang ada di seluruh dunia. Mulailah dari bahasa yang terdekat dengan Anda, namun masih sedikit jumlah penturnya.

Bahasa Yamana

Yamana juga dikenal sebagai Tequenica, Yagán, Yaghan atau Yahgan, ini adalah bahasa asli Yagan, sebuah kelompok populasi masyarakat yang tinggal di Tierra Del Fuego, Chili. Tierra de Fuego adalah sekelompok pulau di selatan Amerika Selatan, dan baru pada tahun 1520 negara ini ‘ditemukan’ oleh orang Eropa. Sebelum itu, masyarakat yang tinggal di sana adalah kelompok adat yang disebut Yagan.

Yamana adalah bahasa yang terisolasi, maka dari itu tidak ada bahasa yang terkait dengannya, meskipun beberapa ahli bahasa menghubungkannya dengan Kawesqar dan Chon.

Pada tahun 2005, Emelinda Acuna yang berusia 84 tahun, salah satu dari dua penutur terakhir bahasa ini, meninggal dunia. Maka jelas, sekarang hanya ada satu orang yang berbicara bahasa Yamana sebagai bahasa ibu. Dia adalah Christina Calderon, saudara perempuan Acuna melalui pernikahan. Bahasa Yamana kini hidupnya berada di ujung maut dan patut untuk diselamatkan.

Dari keenam contoh di atas, tentu ini hanya memberi sedikit gambaran bagaimana bahasa-bahasa minoritas berada diujung kepunahannya. Tentu seiring hilangnya satu bahasa, memungkinkan akan muncul bahasa-bahasa lain yang menggambarkan masyarakat atau golongan tertentu. Beberapa bahasa murni dilahirkan dan beberapa diantaranya adalah hasil dari pelaburan berbagai bahasa atau bahasa yang berkembang dan berubah. Kehidupan manusialah yang memeranguhi hal ini sangat besar, karena bahasa hidup dan tumbuh dalam manusia sehingga mengikuti setiap perilaku yang ada.

Baca artikel menarik lainnya disini.

Salam baca, Brainy!

WhatsApp Order, Hub Kami 081359358604 (24 Hour)